PenaKalam – Muhasabah diri terhadap kehidupan di dunia sangat dianjurkan Rosululloh SAW. Sahabat Rosululloh Umar bin Khattab berkalam sama, bahwa Muhasabah ketika di dunia untuk perbaikan diri sangat penting.
Muhasabah seringkali diartikan sebagai introspeksi diri atau evaluasi diri. Evaluasi diri yang dimaksud muhasabah dalam Islam meliputi hubungan seorang hamba dengan Allah, maupun hubungan sesama makhluk ciptaanNya.
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah adalah bahasa Arab dari introspeksi. Jadi Muhasabah adalah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya pada diri sendiri.
Arti muhasabah diri adalah salah satu cara membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat.
Selain itu secara etimologis, arti muhasabah diri adalah bentuk mashdar atau bentuk dasar dari kata “hasaba-yuhasibu” yang kata dasarnya “hasaba-yahsibu” atau “yahsubu” yang berarti menghitung.
Sementara itu, menurut Ahmad Warson Munawir dalam Al-Munawir Kamus Arab-Indonesia, muhasabah adalah perhitungan atau introspeksi.
Dan literasi yang disampaikan bahwa pentingnya muhasabah dalam menjalani hidup sehari-hari tertuang langsung dalam salah satu riwayat hadits.
Rasulullah SAW menyebut orang yang pandai adalah orang-orang yang melakukan muhasabah. Dari Syadad bin Aus RA, Rasulullah bersabda,
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT,” (HR. Imam Turmudzi).
Selain itu, sahabat Nabi, Umar bin Khattab pernah menganjurkan umat muslim untuk bermuhasabah diri sebelum hari penghisaban tiba. Ia berkata,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya: “Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Berdasarkan penjelasan di atas, muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tetapi juga bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia.
Berdasarkan artikel yang dirangkum redaksi penakalam.id kita perlu memahami sejumlah aspek yang perlu dimuhasabahi.
Aspek Muhasabah dalam Islam
Aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim seperti yang dikutip dari laman Ayo Guru Berbagi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibud) di antaranya:
- Aspek ibadah
Aspek ibadah merupakan salah satu aspek dalam muhasabah. Sebab ibadah merupakan tujuan utama manusia diciptakan. Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
- Aspek pekerjaan, usia, dan rezeki
Muhasabah adalah kesempatan umat muslim untuk introspeksi diri terkait yang telah dikerjakannya selama di dunia. Oleh karena itu, aspek pekerjaan, usia, dan rezeki menjadi salah satu yang penting diperhatikan.
Dari Ibnu ‘Abbas Ra Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang, ia bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Artinya: “Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
Comment